Thursday, January 19, 2012

Tidak Terasa (kamis sore)

Dulu gw blm ngerti apa yg di maksud perjalanan hidup. gw cuma bs main, minta uang dan jalan-jalan sesuka gw. blm tau apa arti kekerabatan hubungan spesial bahkan hubungan rumah tangga.
Tapi setelah terjadi permasalahan di dlm keluarga gw, saat itu mulai terbuka dan menyadari makna dari setiap arti. permasalahan yang selalu datang dan pergi membuat gw dan ayah menjadi kuat bahkan kebal... sejak awal duduk bangku SMK, bokap uda jadi "single parent" dan berjalan melewati hidup selama 3 tahun. namun setelah itu dia menemukan pasangan baru dan menikah. pernikahan yang di awali kemudian di jalani dalam batas wajar dan manis. namun perlahan terlihat tidak sehat dlm menjalani rumah tangganya (yg gw perhatikan) walaupun pd saat itu. gw sibuk kuliah dan jarang dirumah. singkat cerita pd akhirnya bokap gw cerai utk kedua kalinya. itu sudah menjadi keputusan yg tepat pada saat itu. tapi dibalik semua itu, terdapat rasa sepi khususnya yg gw rasain. krn gak gampang utk bersosialisasi pada keluarga baru yg gw kenal utk menjadi keluarga inti.

Gunjingan serta cibiran yg terdengar selalu menjadi sebuah pelajaran berharga utk motivasi gw dan bokap utk menjadi yg terbaik dalam menjalani ini. tawa,canda,bahagia,sedih,tangis bahkan hening uda gw rasain semua. bahkan dari makan nasi bungkus sampe resto bintang lima uda gw coba. dan itu gak buat gw sombong. banyak nasib anak-anak korban perceraian seperti gw ancur. gw tau, klo gw gak sebaik dan gak sempurna seperti anak CUPU dan TAAT BERAGAMA, tp gw masih pny control yg bs dijadikan patokan bahkan acuan agar gak terlalu termakan zaman dan pergaulan sekarang.

Dan baru hari ini, gw buka blog yg uda 3tahun gak dibuka semenjak zaman kuliah dulu.. "hahahahaha kocak bgt" langsung inget zaman kuliah dulu. sekarang tnp terasa gw uda lulus. bersyukur sih. tp msh ada yg kurang kurang (namanya manusia gak pernah puas). Dulu yang asih bocah berangkat sekolah dianter, pas gw berkaca ternyata gw uda dewasa yg dimana klo pergi uda bs sendiri. waktu begitu cpt meninggalkan kita  semua.tanpa terasa gw bahkan loe smua uda segede gini..... #renungan untuk kita semua#

Wednesday, January 18, 2012

Gaya Hidup Para Ekspatriat Bergaji Besar di Indonesia

Para pekerja asing alias ekspatriat di Indonesia ternyata rata rata memiliki gaji yang jauh lebih besar dibanding pekerja lokal. Tidak mengherankan bila banyak pula diantara mereka mendapatkan gaji di atas Rp100 juta per bulannya. Nah, bagaimanakah gaya hidup mereka dengan gaji besar selama di Indonesia?

Seperti di kutip dari VIVAnews edisi 25 Oktober 2010 bahwa sebagian besar para ekspatriat ini menggunakan gaji yang diterimanya untuk konsumsi. Angka konsumsi mencapai 49 persen dari total pendapatan.
Menurut Hasil Survei Tenaga Kerja Asing 2009 yang dilakukan oleh Bank Indonesia terhadap 365 pekerja asing yang berdomisili di kota-kota di Pulau Jawa, Kalimantan Timur, Kepulauan Riau/Riau dan Bali, dirilis akhir pekan ini mengungkapkan sebagian besar konsumsi tersebut umumnya digunakan untuk keperluan makan, hiburan, rekreasi dan olahraga. Sedangkan sisa pendapatan mereka sebesar 31 persen ditabung, dan sisanya 20 persen lagi dikirim ke negara asalnya (remitansi).
Adapun rata-rata pendapatan para ekspatriat ini antara Rp25 juta sampai Rp50 juta. Itu belum termasuk tunjangan. Gaji lebih tinggi lagi didapat pekerja asing yang menjabat posisi direktur atau manajer. gaji mereka antara Rp 75 juta sampai Rp100 juta. Bahkan ada yang bergaji di atas Rp125 juta.
Dibeberkan pula, sebagian besar perusahaan pembayar gaji pekerja asingnya adalah perusahaan di Indonesia (57 persen) dan mayoritas dilakukan dengan cara mentransfer ke rekening bank di Indonesia (67 persen). Sementara itu, jumlah responden yang pembayaran gajinya dilakukan oleh kantor pusatnya di luar negeri hanya sebesar 20 persen.


Aksesibilitas pekerja asing terhadap sektor perbankan juga cukup tinggi. Hal ini tercermin dari banyaknya responden (90 persen) yang menggunakan bank sebagai sarana penyimpanan uangnya dan hanya sebagian kecil (10 persen) yang tidak menyimpan uangnya di bank.
Alasan responden tidak menggunakan jasa perbankan utamanya berkaitan dengan alasan birokrasi (37 persen) yaitu keengganan mereka mengurus kelengkapan surat-surat dan dokumen yang diperlukan.
Sebagian besar pekerja asing juga menyatakan melakukan pengiriman uang ke negara asalnya (58 persen) dan pada umumnya dilakukan secara rutin (53 persen). Responden yang melakukan remitansi sebagian besar berada pada level jabatan manajer (36 persen) dan direktur (21 persen).
Adapun menurut frekuensi remitansinya, level jabatan direktur lebih banyak melakukan remitansi secara rutin (60 persen), sedangkan level jabatan yang paling sedikit melakukan remitansi secara rutin adalah kelompok jabatan profesional (47 persen).
Rata-rata nilai remitansi yang dilakukan responden umumnya kurang dari Rp10 juta (41 persen). Jika dibandingkan dengan rata-rata gaji TKA sebesar Rp25 juta – Rp50 juta/bulan, maka porsi dari gaji yang dikirim ke negara asalnya berkisar antara 20 persen – 40 persen.
Berdasarkan level jabatannya, jumlah pekerja yang paling banyak melakukan remitansi kurang dari Rp10 juta adalah supervisor (64 persen) dengan persentase remitansi terhadap gaji rata-rata sebesar 23,1 persen. Sementara itu pada kelompok jabatan profesional, sebanyak 5 persen responden melakukan remitansi dengan nilai rata-rata di atas Rp125 juta dan persentase remitansinya sebesar 49,9 persen. [sumber: vivanews.com]

Sosialita Salah Kaprah Di Indonesia

Kalangan sosialita di Indonesia sepertinya sudah banyak ditemukan,negara Indonesia yang notabene hanyalah negara berkembang di wilayah Asia Tenggara. Jadi seorang sosialita adalah seseorang yang memiliki karakter kuat untuk menggerakkan masyarakat, membagi sesuatu yang lebih kepada orang lain untuk menghasilkan sesuatu yang lebih. Sosialita adalah kalangan yang memang berasal dari keluarga kaya atau seseorang yang berpengaruh dan punya kemampuan. Mereka mampu menarik masyarakat menjadi sesuatu hal yang positif. Jadi, ada sosok pribadi yang menonjol dalam diri sosialita,  bukan berkelompok seperti kebanyakan sosialita di Indonesia.

Sosok sosialita seharusnya memiliki sesuatu yang dibanggakan dan mempunyai penghargaan atas dirinya, nilai kemanusiaan dan kejujuran,  dan bukan sesuatu yang semu. Sosialita harus memiliki kepercayaan diri, menggali dan mempelajari kelebihan diri dan tidak menggunakan topeng di balik sesuatu yang palsu dan semu. Sosialita, terutama perempuan, harus menjadi inspirasi, memiliki kekuatan dan karakter yang membanggakan, serta berkontribusi terhadap masyarakatnya. Perempuan kalangan atas seharusnya tidak dilihat dan menonjol karena menjadi istri tokoh ternama.  Sosialita juga merupakan suatu jejaring sosial yang sangat ekslusif yang tak bisa dimasuki oleh sembarang orang, meskipun dia seorang pejabat negara, selebritas, pengusaha apalagi rakyat biasa. Penampilan mereka di depan publik pun biasanya sangat fashionable. Di Amerika Serikat, sosialita kali pertama muncul sebagai akibat konsentrasi kekayaan kaum borjuis dalam rentang 1877-1893. Di Indonesia sosok sosialita dalam arti sebenarnya bisa didapati dari diri Dewi Soekarno.



Pengertian sosialita di Indonesia sudah salah kaprah. Mengapa bisa dibilang begitu?. Ini karena mereka berkontribusi terhadap masyarakat secara berkelompok. Kalaupun mereka mengadakan penggalangan dana, misalnya, mereka beramal ramai-ramai, tidak ada sosok yang menonjol. Gaya hidup yang dijalani sebatas untuk mendapatkan pengakuan atas kekayaannya, untuk membangun citra diri semu. Perempuan berpenghasilan tinggi dengan gaya hidup sekelas sosialita boleh jadi jumlahnya tidak banyak di Indonesia mereka yang terjebak dalam kesenangan, tak mampu menunda kesenangan, dan menikmati penderitaan sementara adalah kalangan yang fokus pada lifestyle dan mengabaikan wealthstyle. Gaya hidup tak sesuai kemampuan kemudian mendorong mereka cenderung mengambil jalan pintas dengan menghalalkan segala cara. Kasus Malinda Dee menjadi contoh nyata keberadaan sosialita semacam ini di Indonesia. Mereka ingin merasakan kenyamanan yang semu.  Kalangan ini tak mampu hidup dalam ketidaknyamanan dan menjadi manusia yang tak bertumbuh.
Kebanyakan sosialita di Indonesia menghabiskan dana jutaan untuk perawatan tubuh dan kecantikan. Biaya perawatan tubuh lebih tinggi dibandingkan anggaran belanja tas yang bernilai ratusan juta per buahnya. Saat menghadiri pesta atau peluncuran program bank yang bekerja sama dengan merek tertentu  mereka lebih banyak menghabiskan uang untuk manicure pedicure dan perawatan lainnya. Mereka bahkan ada yang sudah tidak tahu caranya mencuci rambut sendiri.  Gaya hidup yang juga tinggi adalah, saat menghadiri pesta mereka, harus mengenakan busana bermerek beserta aksesori dengan merek sama dari  ujung rambut ke ujung kaki. Jadi yang mengherankan yang menonjol dari karakter sosialita di Indonesia adalah gaya hidupnya, mereka saling menandingi  dalam hal kepemilikan sejumlah barang bermerek hingga barang mewah, termasuk kendaraan.
sosialita indonesia, pengertian sosialita, sosialita adalah, sosialita, wanita sosialita, arti sosialita, kalangan sosialita, gaya hidup sosialita, wanita sosialita indonesia.

JAP STYLE | MODIFICATION






Aliran JAP Style, gaya tongkrongannya macho banget, cuek , flash back ke era tahun 70 - 80 an. Di Indonesia biasanya pemakai Honda CB lebih dominan dengan aliran ini. Di Jepang aliran JAP style banyak digandrungi anak muda, tentunya dengan berbagai varian modifikasi dari yang classic JAP STYLE sampai yang extreme JAP STYLE.
JAP Style, it looks really macho, cool, back to the era of the 70-80 an. In Indonesia, Honda CB users are usually more dominant in this style. In Japan, JAP style much loved youth both boys and girls, of course, with different variants of the classic modification to the extreme.

Aliran JAP Style, gaya tongkrongannya macho banget, cuek , flash back ke era tahun 70 - 80 an. Di Indonesia biasanya pemakai Honda CB lebih dominan dengan aliran ini. Di Jepang aliran JAP style banyak digandrungi anak muda baik cowok maupun cewek, tentunya dengan berbagai varian modifikasi dari yang classic sampai yang extreme.

Berbagai Dampak Buruk Blackberry

Memiliki telepon seluler pintar semacam Blackberry memang menyenangkan. Tak hanya menghibur, tapi juga bermanfaat untuk pekerjaan. Tak heran jika jumlah penggunanya terus meningkat di seluruh dunia.
Namun, di balik nilai positif yang ditawarkan, perangkat canggih itu ternyata menyimpan sejumlah efek buruk yang dapat mengganggu kesehatan penggunanya.
1. Membuat Ketagihan
Perangkat telepon seluler pintar ini begitu mudah membuat pemiliknya merasa kecanduan. Studi Rutgers University pada 2006 menyimpulkan, Blackberry dan perangkat serupa memicu kenaikan penggunaan internet yang cukup signifikan, namun berdampak buruk bagi kesehatan mental.
2. Mengganggu Tidur
Dengan layanan internet 24 jam, perangkat Blackberry akan bergetar atau berdering setiap saat, ketika ada email dan pesan singkat masuk. Dan setiap saat pula, pengguna akan memainkan Blackberry-nya, termasuk ketika sudah berada di tempat tidur. Tak jarang pula, pengguna begitu sensitif dengan getar Blackberry, sehingga mudah terbangun dari tidur untuk membuka pesan yang masuk.
Kebiasaan menyanding Blackberry di tempat tidur inilah yang akhirnya membuat tidur tak berkualitas. Dampak selanjutnya, tentu menyerang kesehatan. Bukan rahasia lagi bahwa rendahnya kualitas tidur berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental.
Sebuah penelitian mengungkap, pengguna Blackberry yang memiliki kebiasaan memainkannya sebelum tidur rentan mengalami insomnia, sakit kepala dan kesulitan berkonsentrasi. Penelitian yang dilakukan Uppsala University di Swedia menambahkan bahwa radiasi telepon seluler bisa mengganggu aktivitas tidur.
3. Memicu Cemas
Memiliki telepon selular cerdas semacam Blackberry memang menyenangkan bagi sebagian orang. Dengan Blackberry, aktivitas berkirim email, chatting, hingga berselancar di internet bisa dilakukan bersamaan, kapan saja dan di mana saja. Banyak pula yang mengandalkannya untuk urusan pekerjaan.
Studi yang dilakukan MIT’s Sloan School of Management pada 2007 mengungkap, penggunaan Blackberry membentuk budaya stres di tempat kerja. Fasilitas internet 24 jam yang dijagokan telepon seluler pintar itu mengacaukan waktu luang pekerja. Tugas dan hal-hal yang menyangkut pekerjaan bisa hadir kapanpun, termasuk kala sedang libur.
4. Melemahkan Otak
Di balik kemudahan yang diberikan, Blackberry berisiko melemahkan daya konsentrasi penggunanya. Karakternya yang mampu membuat pengguna melakukan sejumlah hal dalam waktu bersamaan (multitasking) cenderung membuat seseorang kesulitan menyerap informasi lantaran fokusnya mudah beralih dari satu hal ke hal lain.
“Sebagai multitasker, otak mereka dibanjiri terlalu banyak informasi, akibatnya mereka tidak selektif lagi untuk memilah informasi yang penting dengan cepat”, kata Dr David W Goodman, Direktur Pusat Gangguan Psikologis di Maryland, Baltimore.
Untuk itu, ia menyarankan para pengguna Blackberry agar tidak mengaktifkan jaringan internetnya selama 24 jam. “Buat jadwal untuk membuka email, misalnya satu jam sekali, atau dua jam sekali”, kata Goodman. “Jangan menjadikan diri sebagai budak getar atau dering Blackberry”.